Selasa, 21 Maret 2023

XVII. BELANDA MENCOBA MENYOGOK KYAI MODJO AGAR BERHENTI BERPERANG

Pada medio 1827 Belanda mengirim surat ke kyai Modjo minta berunding. Belanda paham bahwa kunci perang sabil ada ditangan Kyai Modjo. Hanya Kyai Modjo yang dapat menghentikan perang sabil ini.  

Pada 22 September 1827, dua orang utusan Kyai Modjo, yakni H.Ngabdul Wahab dan Zakaria (Zakaria adalah adik Kyai Muhammad Qorib –besan Kyai Modjo) datang menemui Jenderal de Kock di Salatiga. Pada kesempatan itu, de Kock menulis surat yang menawarkan sejumlah uang sekiranya Kyai Modjo mau berunding di suatu tempat yang jauh dari Diponegoro. Tawaran tersebut ditolak Kyai Modjo. Bersamaan dengan tawaran itu, Kyai Modjo juga menerima surat dari Pangeran Purboyo yang menyarankan agar ia menghentikan perang. Surat itu dibalas Kyai Modjo, “tidak ada raja yang berbaik budi yang mengangkat derajat para ulama, selain Sultan Hamid. Darah yang tertumpah dalam perang, untuk memperkuat keyakinan agama berdasarkan perintah Al-Quran” (Djamhari 2004, hlm 103). Perundingan ini gagal menghasilkan kesepakatan. Kyai Modjo tetap dengan tuntutannya, sedangkan pihak Belanda tidak bersedia memenuhi tuntutan tersebut.

Tidak ada komentar: