Kamis, 23 Maret 2023

IV. KELUARGA BESAR KYAI BADERAN IKUT BERPERANG BERSAMA KYAI MODJO

Anak dan cucu Kyai Baderan ikut mendukung dan bertempur bersama Kyai Modjo melawan Belanda. Dalam perlawanan tersebut sebagian tertangkap dan diasingkan ke Tondano. Berikut adalah daftar nama 12 orang keluarga besar Kyai Baderan yang diasingkan hingga wafat di Tondano dan 1 anak wafat di Batavia

1.    Muslim Muhammad Chalifah (Kyai Modjo). Kyai Modjo adalah panglima perang dan penasehat utama Pangeran Diponegoro.

2.      Gazaly, putra Kyai Modjo.

3.    Wiropatih (Kyai Baderan II), kakak Kyai Modjo. Di Tondano Wiropatih dikenal dengan nama Kyai Sepoh Baderan. Kyai Sepoh Baderan menikah di jawa dengan sepupunya dan memperoleh beberapa anak laki-laki serta anak perempuan. Dalam rombongan Kyai Modjo yang diasingkan ke Tondano, Wiropatih adalah yang paling tua dan sebab itu ia dipanggil Kyai Sepoh. Di Tondano Kyai Sepoh Baderan tidak menikah lagi.

4.    Sopingi, putra Kyai Sepoh Baderan.

5.    Rages, putra Kyai Sepoh Baderan.

6.    Tumenggolo, putra Kyai Sepoh Baderan.

7.    Tumenggung Sis Pajang Mataram, kemenakan Kyai Modjo. Ayah Tumenggung Sis bernama Kyai Hasan Besari adalah kakak Kyai Modjo. Gelar Tumenggung diberikan kepada Sis sebagai pejabat setingkat bupati wilayah Pajang. Kyai Hasan Besari adalah salah satu dari empat alibasah yang diangkat oleh Pangeran Diponegoro (lihat no.9).

8.    Ilyas, adik dari Tumenggung Sis Pajang Mataram.

9.     Kyai Hasan Besari, kakak Kyai Modjo. Mengenai Kyai Hasan Besari sendiri, beliau tercatat dalam dokumen Belanda berisi daftar orang-orang yang diasingkan ke Tondano namun beliau tidak tiba di Tondano. Kyai Hasan Besari adalah salah satu dari empat alibasyah yang diangkat oleh Pangeran Diponegoro.

Alibasah adalah pangkat militer tertinggi yang membawahi pasukan (invanteri dan kavaleri), setara dengan komandan Divisi model Janissari. Empat orang dengan pangkat alibasah tersebut adalah Alibasah Sentot Prawirodirdjo, Alibasah Kerto Pangalasan, Alibasah Pangeran Sumonegoro dan Alibasah Kyai Hasan Besari (Djamhari 2004, hal 47).

Nama Kyai Hasan Besari tercantum dalamn daftar yang diberangkatkan dari Semarang ke Batavia.  Namun hingga waktu pemberangkatan rombongan Kyai Modjo dari Batavia ke Ambon Kyai Hasan Besari tidak terdapat dalam rombongan. Kemungkinan beliau telah wafat dan dikebumikan di Batavia. Di komplek pemakaman Luar Batang Jakarta Utara, dekat pintu gerbang masjid Luar Batang terdapat satu makam tua bernama Kyai Hasan Besari. Diduga itu adalah makam Kyai Hasan Besari.

10.  Semangi Kyai Gading, adik dari Kyai Modjo.

11. Wiso (Ngiso), kemenakan Kyai Modjo. Ayah dari Wiso adalah Kyai Hasan Muhammad, kakak Kyai Modjo. Sedangkan ibu dari Wiso adalah Nyai Hasan Muhammad, asal Pulokadang (lihat no.15).

12, Muhammad Asnawi Raden Tumenggung (RT) Reksonegoro Kyai Pulukadang, kemenakan Kyai Modjo. RT.Reksonegoro adalah kakak seibu dengan Wiso (no.11). Sedangkan ayah kandung dari RT.Reksonegoro adalah Pangeran Hangabehi bin Sultan Hamengku Buwono I (gambar-7). Gelar Tumenggung merujuk bahwa Reksonegoro adalah seorang bupati di Yogya sebelum meletus Perang Jawa (Carey, 2012, halaman 959). Saat tentara Inggris menyerbu Yogyakarta pada tahun 1812 usia Pangeran Hangabehi sekitar 74 tahun (Carrey, 2012, halaman 403).

Sementara itu di Jawa terdapat beberapa kerabat Kyai Modjo ikut mendukung maupun bertempur hingga syahid dan dimakamkan di jawa. Beberapa diantaranya adalah :

13.  RA Marwiyah, adik Kyai Modjo. RA Marwiyah adalah salah satu pemimpin (manggala) putri Perang Jawa. RA Marwiyah Bersama RA Sumirah (Nyai Gedung Kubah) dan RA Kustiah (Nyai Ageng Serang) bahu membahu dengan pasukan manggala pria melancarkan serangan ke pihak Belanda. RA Marwiyah menikah dengan Ahmad Ali (Kyai Murdoko). RA Marwiyah adalah leluhur dari Ir.Heru Basuki pengarang buku “Dakwah Dinasti Mataram”.

14.   Bagus Chalifah, putra Kyai Modjo, gugur saat perang.

15.  Kyai Hasan Muhammad, kakak Kyai Modjo. Kyai Hasan Muhammad adalah ayah dari Wiso (no.11) dan ayah sambung dari RT. Reksonegoro Kyai Pulukadang (no.12).

16. Nyai Hasan Muhammad, perempuan asal Pulokadang, ipar Kyai Modjo, istri Kyai Hasan Muhammad (no.15). Nyai Hasan Muhammad adalah ibu dari Wiso (no.11) dan RT.Reksonegoro (no.12). Pulokadang terletak sekitar 10km sebelah Selatan Kraton Yogyakarta. Nyai Hasan Muhammad sebelum menikah dengan Kyai Hasan Mumammad adalah janda dari Pangeran hangabehi bin Sultan Hamengku Buwono I. Dari pernikahan dengan Pangeran Hangabehi, Nyai Hasan Muhammad mendapat anak bernama Muhammad Asnawi Raden Tumenggung (RT) Reksonegoro Kyai Pulukadang (no.12).

Nyai Hasan Muhammad, saudari Kyai Modjo dari Pulokadang, merupakan perempuan-perempuan terhormat anggota kelompok-kelompok agama (Carey, 2012, halaman 739).

17.   Kyai Imam Muhammad, adik Kyai Modjo.

18.   Kyai Muhammad Qorib (Kyai Murtodo) dari Kalioso, besan Kyai Modjo Tondano.

19.   Kyai Zakaria, ahli nujum Pangeran Diponegoro, adik dari Kyai Muhammad Qorib (Kalioso).

20.  Kyai Muhammad Ali, adik Kyai Muhammad Qorib, paska Perang Jawa mendirikan Pesantren Pabelan, Magelang Jawa Tengah.

21.   Kyai Abdul Djalal I, menantu Kyai Baderan.

22.     Kyai Abdul Djalal II, putra Kyai Abdul Djalal I, kemenakan sekaligus menantu Kyai Sepoh Baderan Tondano

Tidak ada komentar: